
Bandasapuluah.com – Pesisir Selatan, Sumatera Barat kini memiliki seorang putera daerah yang ahli dalam bidang dakwah dan sosialwork.
Ia adalah Icol Dianto. Pria kelahiran Ampalu, Nagari Gantiang Mudiak Selatan Surantih ini baru saja berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Integrasi Ilmu Dakwah dengan Socialwork di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Indonesia”. Ia pun dinyatakan lulus dengan memperoleh prediket cumlaude
“Berdasarkan hasil studi dan ujian-ujian yang dilaksanakan selama studi di SPs-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka Anda dinyatakan lulus dengan prediket Cumlaude,” ujar Direktur Sekolah Pascasarjana yang merangkap sebagai Ketua sidang Promosi Doktor, di ruang sidang utama Prof Dr Suwito, MA di Jakarta, Senin, (25/7).
Disertasi tersebut diuji di hadapan tim penguji Prof Dr Phil Asep Saepudin Jahar MA, Prof Dr Andi Faisal Bakti MA, Prof Dr Jamhari MA, Dr Siti Napsiyah MSW, Prof Dr Zulkifli MA, Prof Dr Murodi MA, dan Dr Arief Subhan M Ag, serta Dr Hamka Hasan, Lc MA, sebagai sekretaris sidang.
Profil Singkat Icol Dianto
Icol Dianto adalah dosen tetap pada Program studi Pengembangan Masyarakat Islam (Prodi PMI), Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Ali Hasan Ahmad Addary.
Ia lahir pada 10 Maret 1987 di sebuah desa kecil bernama Ampalu, Kenagarian Gantiang Mudiak Selatan Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Icol merupakan anak ke-4 dari 6 bersaudara dari pasangan Luis dan Nurlian.
Ia menempuh pendidikan dasar di Dasar Negeri (SDN) 04 Ampalu dari tahun 1996 hingga 2001. Kemudian ia melanjutkan sekolah di SMPN 3 Sutera pada tahun 2001 hingga 2004.
Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Sutera dari tahun 2004 sampai 2007.
Pendidikan tingginya dimulai dari S1 Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang (2007-2011).
Gelar magister diraih di kampus yang sama dengan Program studi S2 Dakwah/Pengembangan Masyarakat Islam Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang (2011-2015).
Sementara itu, Pendidikan Doktor (S3) diselesaikannya di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2019-2022) dengan Konsentrasi Ilmu Dakwah.
Dia melanjutkan studi pada tahun 2019 melalui program beasiswa 5000 Doktor dalam Negeri, Kementerian Agama RI. Icol berhasil menamatkan Pendidikan Doktornya selama 3 tahun.
Tentang Islamic Sosialwork
Dalam temuannya, Icol Dianto menjelaskan, integrasi ilmu dakwah dengan socialwork sudah ada sejak berdirinya Jurusan dakwah di tahun 1960-an.
Socialwork, kata pria asli Ampalu Sutera ini, muncul sebagai matakuliah keahlian. Makin jelas lagi, lanjutnya, socialwork adalah mata kuliah keahlian prodi Bimbingan Penyuluhan Masyarakat (BPM).
“Ada tiga mata kuliah yang berkaitan dengan socialwork waktu itu, yaitu Kesejahteraan Sosial, Pekerjaan Sosial, dan Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat,” jelasnya.
Namun, Socialwork berpindah dari Prodi BPM dan menjadi matakuliah keahlian Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) dan Manajemen Dakwah (MD) sejak berdirinya kedua prodi tersebut di Fakultas Dakwah pada tahun 1994-an.
“Socialwork makin terdegradasi sejak perubahan kurikulum tahun 1997, yang mana Ilmu Dakwah dikembangkan dengan banyak variasi, sehingga mendominasi keilmuan program studi,” lanjutnya.
Secara tegas, Icol Dianto berpandangan bahwa Prodi PMI dan Prodi Kesejahteraan Sosial di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) itu adalah satu rumpun ilmu, yaitu socialwork.
Hal ini membantah pandangan yang selama ini dipahami oleh sarjana muslim bahwa Prodi PMI adalah implementasi dari Dakwah bil Hal.
Kata Icol, ilmu itu berkembang tidak lepas dari locus di mana ia tumbuh
“Pada tahun 1970-an itu kalau kita mendalami dan menganalisis perkembangan ilmu-ilmu sosial, terutama pada fakultas ilmu kemasyarakatan (FIK), Fakultas Sosiologi dan FISIP, maka ditemukan pertumbuhan Ilmu Socialwork itu ke arah community development (Pengembangan Masyarakat).”
“Bagi akademisi Muslim, terutama tokoh dakwah dan ulama Indonesia, merespon pertumbuhan itu dengan mengembangkan Ilmu Dakwah ke Dakwah bil Hal yang kemudian disusul berdirinya Prodi PMI,” paparnya.
Dia mendorong akademisi Fakultas Dakwah untuk serius melakukan integrasi ilmu di level Fakultas. Menurutnya, integrasi ilmu harus dimulai dari menyusun kembali anatomi ilmu dakwah.
“Disertasi saya ini mendorong kita FDIK/FDK untuk membangun Ilmu Dakwah yang terintegrasi-interkoneksi dengan keilmuan program studi. Sehingga nanti lahirlah ilmu Dakwah yang transdisiplin. Yakni, Ilmu Dakwah yang terintegrasi-interkoneksi dengan Ilmu Komunikasi, Ilmu Konseling, dan Ilmu Socialwork,” jelasnya.
Selain itu, Doktor ke-1373 SPs Uinjkt ini juga menawarkan konsep Dakwah Socialwork yang didesain dari hasil integrasi ilmu Dakwah dengan Socialwork. Tawaran tersebut didasarkan atas kajian integrasi-interkoneksi terhadap bangunan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
“Islamic values saja tidak cukup, diperlukan Islamic perspective untuk membangun integrase kedua disiplin ilmu tersebut. Dengan begitu, integrasi ilmu dapat dilakukan secara holistik,” bebernya.
Lebih lanjut, Icol Dianto menjelaskan bahwa disertasinya itu adalah kajian keilmuan yang nantinya untuk memperkuat dan melandasi dari praktik Socialwork Islam, terutama bagi sarjana Fakultas Dakwah.
“Para alumni FDIK itu nanti ada yang mendirikan dan/atau bergabung dengan NGO, mereka menjadi praktisi Socialwork Muslim,” kata Icol
Praktik terbaik dari para alumni ini nantinya juga diharapkan dapat dikonstruksi menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang melahirkan teori-teori. “Teori tersebut yang akan digunakan untuk mengembangkan teori Dakwah Socialwork,” harapnya.
Temuan disertasi tersebut mendapatkan tanggapan positif dari promotor. Prof Jamhari menyebutkan bahwa apa yang disampaikan oleh saudara promovendus (Icol-red) adalah suatu sumbangan. Kalaupun tidak menjadi jawaban namun menjadi pertanyaan dan kegelisahan bagi akademisi Dakwah tentang integrasi ilmu,” kata Prof Jamhari.
Senada dengan itu, Prof Andi Faisal Bakti pun menanggapi positif. Menurutnya, disertasi promovendus beraliran kritis. Banyak yang dikritisi oleh penulis namun kritikan tersebut sangat membangun dan menjadi autokritik bagi penyelenggara fakultas dan akademisi Dakwah.
Terakhir, Dr Siti Napsiyah, MSW meminta konsistensi penggunaan istilah Dakwah Socialwork (Social Work Da’wa), sekaligus komitmen untuk mengembangkan Social Work Da’wa ke level praktik. “Kami dari Prodi Kesejahteraan Sosial tentu menunggu sumbangan apa yang ditawarkan oleh promovendus,” ujar Co-Promotor yang menjabat sebagai Sekjen IPPSI (Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial Indonesia) itu.
SUMBER :
1. https://m.bandasapuluah.com/tokoh/b-25533/pesisir-selatan-kini-miliki-doktor-islamic-socialwork/
2. https://scientia.id/2022/07/28/lulus-cumlaude-fdik-uin-syahada-punya-doktor-socialwork/
3. https://www.iain-padangsidimpuan.ac.id/lulus-cumlaude-fdik-uin-syahada-punya-doktor-socialwork/
0 Komentar