PEMKAB PASAMAN PROMOSIKAN WISATA EQUATOR
LB. SIKAPING- Pemerintah Kabupaten Pasaman mempromosikan wisata andalan daerah Wisata Equator, Titik Kulminasi Dunia di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) beberapa waktu lalu.
Wisata Equator atau dikenal dengan titik kulminasi yang merupakan fenomena alam. Di kabupaten pasaman, fenomena ala mini terjadi dua kali dalam setahun. Yaitu, bulan Maret dan September dengan tanggal yang sama, yaitu tanggal 21 sampai tanggal 23 masing-masing bulan tersebut.
Kepala Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Bujang melalui Plt Kabid Pariwisata Joni Sutrisno menyebutkan, meski kejadian unik itu hanya satu-satunya di Pasaman, namun animo masyarakat di Sumbar belum begitu tinggi untuk menyaksikannya.
“Jalan lain untuk membangkitkan gairah masyarakat untuk menikmati Wisata Equator, tentu dengan melakukan sosialisasi-sosialisasi dan promosi. Supaya tidak hanya wisatawan lokal yang datang, namun juga dari wasatawan manca negara,” ujar Joni.
Promosi yang dilakukan di TMII, salah satu upaya mengenalkan potensi wisata yang unit di daerah itu. “Promosi kami lakukan hanya dengan membagi-bagikan brosur wisata Pasaman kepada pengunjung, saat penampilan Lukah Gilo dan juga di Rumah Gadang Minangkabau Sumatera Barat yang ada di TMII,” sebutnya.
Potensi wisata yang unik ini belum terkelolah dengan baik. Dari dua kali setahun fenomena titik kulminasi yang terjadi di Pasaman, hanya bulan September saja yang dirayakan oleh pemkab setempat.
“Event perayaan wisata equator atau titik kulminasi dirayakan pada 22- 29 September. Puncaknya dilakukan pada 23 september, menanti detik-detik yang unik, titik kulminasi si fenomena benda tanpa bayangan,” terangnya.
Titik kulminasi terjadi di saat matahari berada sejajar dengan garis tengah bumi (khatulistiwa) pada 0’ detik 0’ menit dan 0’garis lintang, sehingga semua benda yang berada pada khatulistiwa tidak memiliki bayangan/ menghilangkan semua bayangan selama beberapa saat.
Meski demikian uniknya wisata ini, namun belum banyak yang melirik moment titik kulminasi sebagai wisata. Apalagi, kejadian unik itu hanya dua kali terjadi dalam setahun, sedangkan kebutuhan wisata itu setiap waktu.
Tahun ini, kata Kabid Pariwisata Joni, Pemkab Pasaman mendapatkan bantuan dari Kementerian Wisata untuk pembangunan planetarium dengan anggaran sekitar Rp1,5 miliar. “Kegiatan pembangunan planetarium dengan menjadikan equator dan museum Tuanku Imam Bonjol sebagai pusat wisata pendidikan,” ungkapnya.
Kemudian segera dibangun fasilitas olahraga berupa gedung olahraga dan lapangan melalui bantuan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar Rp350 juta. Rencananya, juga dipasang di sana alat pendeteksi dini gempa bumi bantuan dari Jepang 2015.
“Bantuan sarana dan prasarana wisata dari Provinsi di Bonjol sebesar Rp400 juta. Banyaknya bantuan tersebut, menandakan wisata di Bonjol Kabupaten Pasaman sudah mulai diperhatikan pemerintah pusat dan provinsi,” pungkasnya.
LB. SIKAPING- Pemerintah Kabupaten Pasaman mempromosikan wisata andalan daerah Wisata Equator, Titik Kulminasi Dunia di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) beberapa waktu lalu.
Wisata Equator atau dikenal dengan titik kulminasi yang merupakan fenomena alam. Di kabupaten pasaman, fenomena ala mini terjadi dua kali dalam setahun. Yaitu, bulan Maret dan September dengan tanggal yang sama, yaitu tanggal 21 sampai tanggal 23 masing-masing bulan tersebut.
Kepala Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Bujang melalui Plt Kabid Pariwisata Joni Sutrisno menyebutkan, meski kejadian unik itu hanya satu-satunya di Pasaman, namun animo masyarakat di Sumbar belum begitu tinggi untuk menyaksikannya.
“Jalan lain untuk membangkitkan gairah masyarakat untuk menikmati Wisata Equator, tentu dengan melakukan sosialisasi-sosialisasi dan promosi. Supaya tidak hanya wisatawan lokal yang datang, namun juga dari wasatawan manca negara,” ujar Joni.
Promosi yang dilakukan di TMII, salah satu upaya mengenalkan potensi wisata yang unit di daerah itu. “Promosi kami lakukan hanya dengan membagi-bagikan brosur wisata Pasaman kepada pengunjung, saat penampilan Lukah Gilo dan juga di Rumah Gadang Minangkabau Sumatera Barat yang ada di TMII,” sebutnya.
Potensi wisata yang unik ini belum terkelolah dengan baik. Dari dua kali setahun fenomena titik kulminasi yang terjadi di Pasaman, hanya bulan September saja yang dirayakan oleh pemkab setempat.
“Event perayaan wisata equator atau titik kulminasi dirayakan pada 22- 29 September. Puncaknya dilakukan pada 23 september, menanti detik-detik yang unik, titik kulminasi si fenomena benda tanpa bayangan,” terangnya.
Titik kulminasi terjadi di saat matahari berada sejajar dengan garis tengah bumi (khatulistiwa) pada 0’ detik 0’ menit dan 0’garis lintang, sehingga semua benda yang berada pada khatulistiwa tidak memiliki bayangan/ menghilangkan semua bayangan selama beberapa saat.
Meski demikian uniknya wisata ini, namun belum banyak yang melirik moment titik kulminasi sebagai wisata. Apalagi, kejadian unik itu hanya dua kali terjadi dalam setahun, sedangkan kebutuhan wisata itu setiap waktu.
Tahun ini, kata Kabid Pariwisata Joni, Pemkab Pasaman mendapatkan bantuan dari Kementerian Wisata untuk pembangunan planetarium dengan anggaran sekitar Rp1,5 miliar. “Kegiatan pembangunan planetarium dengan menjadikan equator dan museum Tuanku Imam Bonjol sebagai pusat wisata pendidikan,” ungkapnya.
Kemudian segera dibangun fasilitas olahraga berupa gedung olahraga dan lapangan melalui bantuan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar Rp350 juta. Rencananya, juga dipasang di sana alat pendeteksi dini gempa bumi bantuan dari Jepang 2015.
“Bantuan sarana dan prasarana wisata dari Provinsi di Bonjol sebesar Rp400 juta. Banyaknya bantuan tersebut, menandakan wisata di Bonjol Kabupaten Pasaman sudah mulai diperhatikan pemerintah pusat dan provinsi,” pungkasnya.
0 Komentar