Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

LITERASI NEWS

LAMBATNYA PENANGANAN BENCANA DI DAERAH TERISOLIR



LAMBATNYA PENANGANAN BENCANA DI DAERAH TERISOLIR

Inilah resiko tinggal di daerah terisolir. Daerah yang jauh dari pusat pemerintahan provinsi dan atau kecamatan yang jauh dari pusat pemerintahan kabupaten kurang mendapatkan perhatian. Dapat dipastikan semua penanganan bencana lambat karena tidak terpantau oleh pihak pemerintah setempat selalu terlambat.

Malam sudah menunjukan tengah malam. Angin berhembus sepoi menyapu bulu kuduk puluhan orang yang terjebak kemacetan panjang akibat onggokan material longsor di Pintu Rimbo Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok, Rabu (23/10).

Semua orang, sopir dan penumpang, berkerumun melihat seonggokan material longsor yang telah membukit menutupi semua akses jalan utama. Antrian semakin panjang sudah hampir dua kilometer menuju Padang dan Solok Selatan. Entah apa yang ditunggu mereka, hanya umpatan saja yang keluar dari mulutnya.

Macet-macet-macet, karena onggokan material longsor yang tidak kunjung dibersihkan oleh pihak pemerintah kabupaten. Atau, barangkali mereka (Pemkab Solok) pada malam itu belum mengetahui adanya longsor di dalam kawasan daerah kabupaten mereka. Di lokasi bencana, para sopir sudah memilih mematikan mesin mobilnya karena tidak ada harapan lagi untuk bisa melewati jalan tersebut karena sudah larut malam (pukul satu dini hari). Sedikit demi sedikit material longsor terus berjatuhan.

Akan tetapi, terdengar teriakan lima orang pemuda yang memberitahu teman-teman dan keluarga mereka untuk membawa cangkul ke Pintu Rimbo. “Buk, jagoan ayah dan baok cangkua kamari di Pintu Rimbo, ado longsor dan jalan tatutuik, oto lah banyak antri di siko (bu, bangunkan ayah dan bawa cangkul ke Pintu Rimbo. Ada longsor yang membuat jalan tertutup sehingga banyak kendaraan yang antrean),” sorak salah seorang pemuda pintu rimbo, Al (30) melalui telepon selulernya.

Karena teriakan pemuda itu, membuat para sopir dan penumpang tercengang dan prihatin dengan tindakan sekelompok anak muda ini. Tidak lama kemudian, berdatanganlah sekitar 20 orang pemuda setempat. Mereka secara bersama membersihkan pinggir jalan yang telah semak itu untuk bisa dilewati kendaraan skala kecil.

Dengan sebuah komitmen antara sekelompok pemuda dengan para sopir, maka tidak lama sekitar 30 menit, beberapa mobil sudah bisa melewati jalan yang berisiko itu. Karena, jalan yang longsor itu dibatasi oleh tebing rawan longsor dan bibir jurang yang dalam.

Hujan gerimis terus turun di daerah ini. Di beberapa titik di Kabupaten Solok Selata turun hujan kecil sampai sore harinya. Kondisi sudah berubah ketika di pagi hari, beberapa kendaraan benar-benar tidak bisa melewati jalan tersebut hingga sore. Akan tetapi, pihak Pemkab Solok sudah menurunkan timnya. Arus transportasi kembali lumpuh dan banyak truk besar dan Tengki memuat CPO yang tidak bisa lewat. Onggokan material itu baru selesai di bersihkan oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum Daerah Kabupaten Solok pada sorenya.

Kepala BPBD Solsel Hamudis menegaskan perlu mewaspadai kondisi cuaca ketika melintasi jalan utama di Kabupaten Solok Selatan. Karena, di jalan-jalan utama di daerah ini sangat rawan longsor.

Kabupaten Solok Selatan yang dipagari bebukitan dan pegunungan Kerinci dan Bukit Barisan sehingga sering terjadi hujan lokal. Oleh karena itu, pengguna jalan dihimbau agar berhati-hati melewati daerah rawan longsor.

Solsel memiliki tiga titik lokasi yang dianggap paling rawan longsor. Ketiga titik lokasi itu yakni Bukit Manggis Kecamatan Sangir, Pinti Kayu Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD), dan Bukit Nila Nagari Ranah Pantai Cermin Kecamatan Sangir Batang Hari.

Lebih berbahaya lokasi Bukit Nila, karena daerah ini sudah sering terjadi longsor tetapi belum begitu besar. Pantauan BPBD Solsel, lokasi Bukit Nila ditemukan retakan sepanjang 500 meter. Retakan berkapasitas cukup besar tersebut menunggu waktu karena geseran tanahnya sudah di bibir jalan raya.

Jikalau longsor besar itu terjadi, maka dapat menimbun pengguna jalan menuju Abai- Padang Aro itu. Sedangkan kawasan bukit Manggis, merupakan kawasan paling sering terjadi longsor dibandingkan lokasi lainnya.

Perlu adanya jalan alternatif. Belajar dari bencana longsor di Pintu Rimbo tersebut maka perlu adanya jalan alternatif untuk menghidupkan ekonomi jika terjadi bencana di jalan utama. Karena, ruas jalan menuju Kabupaten Solsel saat ini masih terpaku pada ruas jalan Lubuk Selasih Solok- Padang Aro. Bukan tidak ada solusinya, dengan sistem koridor yaitu menuntaskan pembangunan jalan tembus menuju Kabupaten Dharmasraya dari Padang Aro-Abai- Pulau Punjung atau Lubuk Malako-Sungai Rumbai.

Sehingga, jika tertutup satu jalan masih ada jalan lain untuk keluar dari kabupaten terujung ini. Kegamangan kita adalah jika jalan utama dan satu-satunya yang melintasi Kabupaten Solok Selatan itu, terputus karena terban atau tertimbun longsor. Maka, arus transportasi terputus dan pergerakan ekonomi pun bisa terhenti. Maka dari itu, perlu menghidupkan dan menghubungkan jalan-jalan alternative yang sudah ada. Misalnya ruas Jalan Padang Aro- Padang Limau Sundai- Tanjung Durian, sebagai koridor pengaman kawasan Bukit Manggis pada Jalur  Padang Aro- Lubuk Malako.
Ruas jalan Golden Arm- Pekonina sebagai koridor pengaman Jalur Padang Aro- Muro Labuh untuk kawasan Liki. Ruas Golden Arm- Pekonina dapat disambung lagi ke arah Muaro labuh sehingga ruas jalan  alternatif tersebut tersambung sampai ke Muaro Labuh.

Posting Komentar

0 Komentar