Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

LITERASI NEWS

Sejarah Batumbe Nagari Abai


BATOMBE, Seni Berbalas Pantun
Banyak cara mengepresikan seni masa lampau, namun tradisi minangkabau pantun merupakan kepintaran tersendiri dalam mengelolah kata yang berasal dari alam. Inilah yang masih tertinggal, kesenian Batombe suatu kesenian dari Nagari Abai Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan.
Jamalus, S.ST anggota DPRD Solsel menjelaskan, Batombe berarti babaleh-baleh pantun. Batombe merupakan kesenian yang bertujuan menghibur dan memberi semangat kepada masyarakat yang sedang baralek dalam pembangunan Rumah Gadang. Namun, perkembangannya Batombe ditampilkan sebagai sarana penghibur bagi tamu yang dalam pesta perkawinan dan batagak gala. “Acara adat yang menampilkan kesenian batombe harus didahului musyawarah urang tuo nan ampek jinih, kemudian menyembelih kerbau,” ujarnya.
“Dulu, daerah Abai masih sangat sunyi dikelilingi oleh hutan belantara yang menjadi ancaman, karena di dalamnya hidup bermacam satwa liar, seperti harimau, babi hutan, dan ular dan lainnya, sementara rumah tempat berlindung belumlah memadai,” lanjutnya.
Mengantisipasi hal tersebut, maka pucuk adat, tokoh agama, dan pemuka masyarakat melakukan musyawarah. Dari hasil musyawarah itu, didapat kesepakatan untuk membangun Rumah Gadang.
Hasil musyawarah tersebut lalu diumumkan pada khalayak ramai agar bergotong-royong mempersiapkan pembangunan. Langkah pertama mencari bahan baku untuk bangunan, berupa kayu yang diambilkan dari hutan yang ada di sekitar mereka. Kaum ibu memberikan dukungan dengan menyiapkan makanan dan minuman bagi para pekerja.
Lama bekerja, kepenatan pun tiba, perlahan pekerjaan pun menjadi tersendat. Muncul ide untuk mengembalikan semangat, beberapa muda-mudi dan orang tua ditunjuk menyanyikan pantun yang berisi petuah dan pembangkit semangat.
Mendengar pantun bersahutan, orang banyak mulai menari, yang lain ikut larut dalam irama sahutan pantun yang energik. Kondisi itu melecut kembali semangat masyarakat, pekerjaan pun siap dilanjutkan.
Sutan Bangun, tokoh masyarakat Ranah Pantai Cermin Abai menambahkan, keceriaan masyarakat terhenti saat dikejutkan dengan keanehan, ketika hendak mengangkut salah satu kayu usai ditebang. Saat pohon ditebang, masyarakat tidak mengalami kesulitan, tapi potongan kayu tidak bergerak ditarik saat menuju perkampungan.
Masyarakat kebingunan, menghindari hal yang tak diinginkan maka diadakanlah musyawarah untuk mencari jalan keluar. Hasilnya, diputuskan untuk menyembelih seekor kerbau. Darah sembelihan tersebut lalu dipercikkan pada kayu sebagai penghormatan dan mohon izin pada penghuninya.
“Hingga sekarang ritual penyembelihan binatang ternak ini terus dilakukan setiap kesenian Batombe dipentaskan. Jika ini tidak dilakukan, maka yang punya hajatan dalam kesenian Batombe dikenai denda adat,” terang Sutan.
Kesenian Batombe dimulai setelah pembacaan pantun pembuka oleh penghulu. Para pemain kemudian masuk dengan berbaris menuju ke tengah arena membentuk formasi lingkaran. Kesenian Batombe dapat diiringi dengan irama musik dari gendang dan talempong yang ditabuh dengan cepat mengikuti irama nyanyian dan tarian yang dibawakan oleh para pemain Batombe.
Pakaian khusus batombe menyerupai pakaian randai atau silat. Bedanya terletak pada motif yang ada pada lengan baju yang disulam dengan benang emas. Warnapun bervariasi, seperti hitam, merah, hijau dan kuning. Dilengkapi dengan ikat kepala berwarna kuning keemasan, sedangkan pada pinggang dihiasi sehelai kain sulaman benang emas. Sementara, celana dirancang lebih besar pada bagian pahanya, sehingga menyerupai galembong. 
Tamu dapat bergabung menari dan menunjukkan kemampuan berbalas pantun. Bahkan tamu yang masih lajang pun dapat memanfaatkan Batombe sebagai media yang tepat untuk mencari jodoh. “Batombe bisa menyatukan pasangan, bahkan dapat memisahkannya karena sindiran pantun yang dibawakan,” kata Sutan.
Kesenian batombe mulai ditilik pemerintah melalui dinas pariwisata, kebudayaan, pemuda dan olahraga yang ditampilkan saat pecan budaya sumbar tahun ini. “Pengembangan kesenian Batombe sebagai ikon pariwisata Solok Selatan, tidak diharuskan menyembelih kerbau, penyembelihan dilakukan bila dalam pelaksanaan acara adat,” tutup Jamalus.

Posting Komentar

0 Komentar