ANALISIS NOVEL SANG PENCERAH: STRATEGI
DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN
Oleh,
Hari Candrawati, S.Sos.I
ABSTRAK
Perkembangan teknologi
komunikasi telah membawa perubahan zaman, ditandai dengan munculnya beragam
media mutakhir dalam menyebarkan beragam ide yang dapat mempengaruhi perilaku
dan budaya komunikasi, baik individu, kelompok dan massa. Perkembangan media
komunikasi tersebut menjadi tantangan dalam pelaksanaan dakwah Islam. Di sisi
lain, perkembangan itu dapat digunakan sebagai media dakwah. Agar pesan dapat
menarik minat pembaca maka pesan yang disampaikan harus menggunakan bahasa yang
mudah dipahami serta dapat membangkitkan kebutuhan pembaca terhadap pesan yang
disampaikan, pesan yang disampaikan juga harus memberikan ketenangan dan
kesejukan kepada hati para pembaca dan memberikan solusi terhadap peristiwa
yang diungkap. Itulah yang dilakukan Akmal Nasery Basral dalam novel yang
berjudul Sang Pencerah, menceritakan tentang perjalanan hidup KH Ahmad Dahlan
dalam mengembangkan dakwah Islam. KH Ahmad Dahlan
tidak bisa menerima situasi umat Islam yang mengalami kemunduran, baik kemunduran
dari sisi pemikiran maupun mundur dalam sosial, ekonomi dan kemasyarakatan. Inilah
yang menjadi esensi perjuangan Kiai Ahmad Dahlan, hanya menggunakan media yang
ada pada saat itu. Selagi media itu
bermanfaat, tidak memandang media itu buatan kafir atau muslim karena media
hanyalah alat.
Penelitian ini berjudul, “Strategi Dakwah KH Ahmad
Dahlan dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral” ini bertujuan
untuk mengetahui apa strategi dakwah KH Ahmad Dahlan dalam mengembangkan agama
Islam. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian análisis
isi (content análisis), yaitu prosedur sistematis yang dirancang
untuk mengkaji setiap yang terekam atau penelitian yang mempelajari isi media untuk
mendapatkan gambaran isi, karakteristik pesan, dan perkembangan dari suatu isi.
Hasil
penelitian ditemukan bahwa strategi KH Ahmad Dahlan lebih menekankan
pada aspek pendidikan. KH Ahmad Dahlan ingin mengadakan perubahan paradigma
berpikir masyarakat karena dilihat bahwa umat Islam di Kauman dan nusantara
sedang mengalami kemunduran di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Penyebab
kemunduran itu dikarenakan pendidikan masyarakat yang masih rendah. Kalaupun
para Kiai di Kauman saat itu memiliki pengetahuan agama yang tinggi, namun
masih bersifat taklid. Maka, untuk mengadakan perubahan, KH Ahmad Dahlan
memilih mengembangkan dakwah Islam melalui pendidikan, bergabung dengan
organisasi Budi Utomo, aktif mengajar di Kweekschool, mengadakan pengajian di langgar
Kidul, mendirikan Madrasah Ibtidaiyyah Mu’alimin, dan mendirikan Perkumpulan
Muhammadiyah. (h.1. bersambung)
0 Komentar