NURBANI
TEWAS MENGGANASKAN
KALUNG
16 EMAS RAIB
SOLSEL,
HALUAN-
Nurbani (80) warga Batanglawe Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ditemukan
tewas mengganaskan di ruang tamu rumahnya, Selasa (9/4). Diduga korban tewas
akibat pelaku pencurian dan tindakan kekerasan.
Nenek
yang kesehariannya itu berprofesi sebagai dukun kampuang yang mampu
mengobati dan membantu pasangan suami istri agar memiliki momongan itu,
ditemukan tewas bersimbah darah dengan kondisi tertelungkup. Wajah dan lehernya
luka lebam, sedangkan kulit dada di bagian kanannya menggelupas dan memar.
Kejadian
itu dilaporkan ke Polsek Sungai Pagu. Kapolsek Sungai Pagu Iptu Nasirwan
menyebutkan, diduga Mak Bani tewas karena dipukul dengan plang pintu rumah. “Pelaku
diduga dua orang. Mak Bani diduga dipukul menggunakan plang pintu (santuang
pintu) di bagian wajah yang menyebabkan dahi, hidung, mulut, dan sampai ke
leher luka lebam,” ujar Kapolsek.
Sampai
berita ini diturunkan, belum ada perkembangan kasus yang mengarah kepada pelaku
pembunuhan itu. “Sulit untuk diselidiki karena kejadiannya sudah dua hari, dan
tidak ada satupun tetangganya yang tahu. Kalau tamu yang datang ke rumah Mak
Bani itu memang banyak pada Minggu (7/4), tetapi masyarakat sekitar sudah
maklum karena Mak Bani pandai memberikan obat tradisional,” terangnya.
Akibat
kejadian itu, kalung yang dipakai mak bani seberat 8 emas raib, sedangkan uang
sebesar Rp12 juta dan gelang seberat 8 emas yang juga dimiliki mak bani belum
diketahui keberadaannya. “Kita akan terus kembangkan peristiwa ini,” pungkas
Kapolsek.
Mak
Bani sudah disemayamkan di belakang rumahnya di Batanglawe Kecamatan Sungai
Pagu, Rabu (10/4). Anak-anaknya, cucu dan masyarakat setempat merasa haru
dengan kepergian Mak Bani.
Hasil
penelusuran Haluan ke lokasi kejadian, ada kemungkinan pelaku memasuki
rumah mak bani dengan jalan paksa. Karena, satu bidang kaca rumah mak bani
dicopot dan kawat pengaman rumah dilubangi. Kemungkinan, pelaku membuka
shantung pintu (plang) lewat kawat yang dilubangi.
Sejak
kedatangan tim olah TKP kepolisian datang, semua orang dilarang memasuki rumah
Mak Bani. Police line masih terpampang di depan rumah. Hal itu benar-benar
membuat rumah mak bani sepi. Lingkungan rumah yang dipenuhi tanaman dapur
hidup, dan agak remang-remang.
Menurut
keterangan cucu yang menemani Yeni (30). Ia menemukan neneknya pada Selasa
(9/4) sekitar pukul 18.30 wib. “Saya biasa meminta air sumur di rumah nenek,
terakhir Minggu (7/4) kami masih berkunjung ke rumahnya. Sudah dua hari saya
tidak melihat wajah beliau, maka saya telepon cucu nenek yang di Jakarta, namun
nenek tidak ada di Jakarta,” jelasnya.
Mendengar
jawaban nenek tidak ada di Jakarta, yeni yang hanya berjarak 100 meter dari
rumah neneknya itu melihat neneknya ke rumah. “Saat mendekat ke rumah nenek, saya
mendengar suara TV sangat keras, saya ketuk pintu sambil memanggil nenek tetapi
nenek tidak menjawab. Lama tidak menjawab, maka saya curiga sesuatu yang buruk
terjadi maka saya dombrak pintu itu,” terangnya.
Saat
pintu didobrak, Yeni melihat langsung tubuh neneknya tertelungkup di ruang
tengah. Dengan kondisi bersimbah darah, kepala Mak Bani dialas pakai bental. “Saya
terkejut, dan saya minta tolong ke banyak tetangga, tetapi tetangga banyak yang
tidak berani menolong karena mungkin takut diminta keterangan polisi. Akhirnya,
saya temui Pak Jorong Aidil Fitri. Pak jorong memberitahu kepada kepolisian,”
ucapnya.
Melihat
kondisi tubuh neneknya bersimbah dara itu, Yeni ketakutan dan spontan
mengeluarkan pekikan keras. Sehingga
warga setempat berhamburan keluar mendengar teriakan minta tolong dari
Yeni. Isak tangis dan air mata yang tak terbendung, mengisi suasana haru dari Yani
dan bersama warga untuk melapor kepada kepala jorong setempat.
Dari
keterangan beberapa warga yang ditanya tentang kematian Mak Bani, tidak ada
seorangpun yang mengetahui ataupun yang mendengarnya. Walaupun jaraknya hanya
100 meter dari rumah neneknya itu, namun yeni tidak pernah mendengar teriakan
neneknya. Bahkan, dua rumah yang hanya 30 meter dari rumah Mak Bani tidak
satupun dari anggota keluarga yang mendengar ada teriakan Mak Bani. Demikian
dengan suara TV yang diakui banyak orang sangat keras dibunyikan, tetapi
tetangga Mak Bani mengaku tidak tahu kapan suara tv itu mengeras.
“Mak
Bani dalam kesehariannya telah biasa menerima tamu dari jorong lain. Beliau
dukun yang bisa membantu pasangan suami-istri untuk mendapatkan anak dengan uruik
(pijatan)nya. Beliau sudah pernah naik haji, jadi beliau sering membaca
al-Quran tengah malam dengan mikrofon,” ujar Siel, tetangga jauh Mak Bani.
Demikian
dengan anak tertua Mak Bani, Iswandi. “Saya baru tahu kalau ibu meninggal
ketika diberitahu sama adik saya si Emi. Saya terkejut, karena memang saya
sudah lama tidak bertemu dengan ibu,”
ujarnya.
Dari
keterangan Iswandi, ia dengan adik-adiknya memang memiliki kerenggangan dengan
orang tua mereka. Alasannya, mak bani marah dengan anak-anaknya. Entah soal
apa, tetapi bagi Iswandi sendiri sudah hampir enam (6) tahun tidak menemui
ibunya.
Tetangga
Mak Bani bahkan nyaris memiliki hubungan dengannya. Kalau tidak anak, mungkin
cucu, atau ada juga satu suku dengan mak bani. Akan tetapi, malang bagi yang
sudah lama tinggal sendirian itu, tidak ada satupun tetangganya yang mengetahui
saat kejadian stragis itu terjadi.
Menurut
Yeni dan warga sekitar, Mak Bani masih mengaji pada Minggu (7/4) malam. Bahkan,
banyak pasien yang datang berobat. Namun, dua hari setelah itu, sampai jasad
mak bani ditemukan kaku, rumahnya selalu tertutup rapat, dan tidak ada
tanda-tanda nenek itu sedang di rumah. Tetapi aneh, mengapa suara TV tidak
terdengar juga oleh warga.
Iswandi
anak tertuanya, mewakili anaknya yang lain, meminta agar aparat kepolisian
dapat mengungkap pelaku perampokan yang menyebabkan orang tuanya tewas
bersimbah darah.
“Saya
berharap pihak kepolisian bisa mengungkap siapa pelaku pembunuhan ibu saya,
karena sudah tak manusiawi lagi. Bila ada warga yang mendengar peristiwa
pembunuhan itu, berikanlah kesaksian. Agar kasus ini, tak terulang lagi di
daerah ini,”pintanya.
0 Komentar