Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

LITERASI NEWS

BANGKITLAH PEMUDA : Solok Selatan Butuh Sentuhanmu



BANGKITLAH PEMUDA
Solok Selatan Butuh Sentuhanmu

AYO bangkitlah wahai Pemuda Solok Selatan. Zaman sudah berubah, sudah sembilan tahun kabupaten kelahiran moyangmu dimekarkan. Kini, daerah itu membutuhkan sentuhan pemikiran.

Bicara soal pemuda, Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan. Dalam UU 40 sudah ada pembatasan bahwa pemuda diukur dengan segi umur. Yaitu, mereka warga Negara Indonesia yang berumur 16 tahun sampai 30 tahun, itulah pemuda.

Namun, jika diambil pemahaman lama tentang pemuda, pemuda itu lebih identik pada semangatnya. Walau umur sudah tidak masuk kategori pemuda lagi, tetapi jika masih ada jiwa mudanya, maka ia masih tergolong pemuda.

Pada kesempatan ini, sebuah tulisan dipersembahkan untuk kebangkitan gerakan pemuda Solok Selatan. Atas semangat dan inspiratif pada Rapat Koordinasi (Rakor) Pemuda yang diadakan oleh Dinas Pemuda dan Olah Raga Solok Selatan pekan lalu, muncul coretan berupa panggilan jiwa seorang pemuda yang bertujuan membangkitkan kesadaran pemuda agar mengambil peran aktif kepemudaan dalam pembangunan.

Hal itu mengingat akan masuknya persaingan pemuda ASEAN, dan banyak lagi program dewasa ini yang melibatkan peran aktif pemuda lintas negara. Kita tidak usah bicara terlalu jauh. Syukur, jika ada yang mampu Pemuda Solsel untuk menembus persaingan lintas negara. Namun yang diinginkan saat ini, hanyalah keaktifan para pemuda dalam pembangunan kabupaten ini.

Sebut sajalah Pemuda Solok Selatan mesti dituntut aktif dalam pembangunan daerah. Namun kenyataannya, sudah Sembilan tahun kabupaten itu dimekarkan, selama itu pula gerakan pemuda mati suri.

Kita tidak boleh melupakan sejarah bangkitnya Bangsa Indonesia pada 1908 oleh organisasi Budi Utomo, pemuda pejuang kemerdekaan angkatan 1945, pemuda angkatan 1966, dan pemuda reformasi 1998. Kini, pemuda juga aktif dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat, melalui Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), HMI, Organisasi Muhammadiyah, dan organisasi kepemudaan lainnya.

Adanya pergerakan pemuda di Indonesia telah membawa banyak perubahan. Makanya, bisa dikatakan pemuda itu agent of change. Semua itu berkat perjuangan dan kegigihan para pemuda. Itu pula yang diharapkan lahir di Kabupaten Solok Selatan. Harus ada keaktifan para pemuda dalam membangun daerah ini. Sudah Sembilan tahun kabupaten ini dimekarkan, belum ada satupun sejarahnya yang mana para pemuda peduli terhadap pembangunan.

Pergerakan pemuda sangat diperlukan di daerah ini. Apakah melalui Persatuan Pemuda Solok Selatan, Himpunan Pelajar-Mahasiswa Solok Selatan. Atau, BEM Kampus Widya Swara di Muara Labuh. Para pemuda lah yang akan merubah kemajuan di daerah ini. Daerah yang kaya potensi sumber daya alam namun masih saja miskin.

Ayo bangkitlah wahai Pemuda Solok Selatan. Daerahmu sudah sangat membutuhkan pemikiran dan ide-ide segarmu. Para pemuda adalah leader of change, pemimpin perubahan.

Lihat betapa besar potensi yang pemuda miliki. Sebut saja lah kasus pembakaran kapal investor asing karena tidak memperhatikan hak-hak masyarakat pribumi. Atau, unjuk rasa Anak Nagari Pauh Duo. Gerakan tersebut sudah mulai menampakan taringnya pemuda. Sungguhpun sumbangan pemuda dalam pembangunan bukan hanya dengan berdemo. Namun, orasi damai sangat diperlukan, duduk bernegosiasi sangat dibutuhkan. Dua kasus pergerakan pemuda yang dulu, karena tidak bergerak dengan koridor organisasi kepemudaan maka akhirnya gerakan itu merugikan pihakpihak tertentu.

Bangkit Pemuda Solok Selatan bukan berarti menghasut para pemuda untuk melakukan pemberontakan terhadap kebijakan pemerintah daerah. Akan tetapi, perlu keaktifan para pemuda dalam berorganisasi. Sangat banyak organisasi kepemudaan di kabupaten ini, mulai dari organisasi yang berakar dari pusat maupun hanya organisasi lokal.

Tidak dapat dipungkiri, Pemuda Solok Selatan sudah aktif ronda, dan mengadakan kegiatan keolahragaan. Namun ketahuilah, perjuangan itu tidak tuntas jika pergerakan hanya bersifdat lokal. Maka dari itu, perlu membangun komitmen bersama dalam sebuah organisasi kepemudaan. Agar perjuangan dan pergerakan pemuda di daerah ini dapat menyatukan persepsi, menyamakan visi dan misi demi mengontrol jalannya demokrasi dan reformasi di daerah ini.

Selama ini, para pemuda tidak tahu menahu dengan kebijakan pemerintah dalam membangun daerah ini. Entah mau dibawa kemana daerah ini, namun tidak ada organisasi pemuda yang mengawasinya.

Bukan tidak ada organisasi kepemudaan di daerah ini. Di Kabupaten Solsel ada organisasi kepemudaan Muhammadiyah, NU, KNPI, HMI, dan sejumlah organisasi lokal lainnya. Persoalannya, tidak ada yang menggerakan organisasi tersebut. Organisasi kepemudaan tetapi hanya diisi oleh orang-orang yang notabenenya sibuk dengan tugas birokrat yang lain. Orang-orang yang tidak lagi pemuda jika diukur dengan undang-undang. Itulah sebabnya di dearah ini tidak bergairah organisasi kepemudaannya. Dua alasan utama, yaitu tidak aktifnya pengurus dan tidak adanya pengkaderan dari organisasi. ***

Oleh: Icol Dianto
Sumber: Harian Umum Haluan | SENIN 27 MEI 2013

Posting Komentar

0 Komentar