Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

LITERASI NEWS

Merajut Khatulistiwa: Wisata Budaya Tuanku Imam Bonjol

MERAJUT KHATULISTIWA
WISATA BUDAYA TUANKU IMAM BONJOL

Apa nilai wah Menara Eifel di Paris, hanya besi baja yang disusun tinggi oleh orang-orang terdahulu. Apa indahnya monas, tugu terbuat dari semen yang terletak di kebisingan arus lalu lintas di ibu kota Negara. Akan tetapi, dengan sentuhan kreativitas sektor wisata, jutaan orang berkunjung ke Menara Eifel atau monas hanya untuk berfoto-foto. 
  

TIDAK KALAH Kabupaten Pasaman yang memiliki objek wisata sejarah dan budaya. Salah satunya objek wisata budaya museum Tuanku Imam Bonjol.

Jalan-jalan ke Museum Tuanku Imam Bonjol, anda menemukan tiga nilai yang tinggi. Pertama, Museum Tuanku Imam Bonjol yang menyimpan rekam sejarah perjuangan pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol. Kedua, equator merupakan perlintasan khatulistiwa yang ditandai miniatur bola dunia yang memiliki wujud tanpa bayangan. Ketiga, keindahan alam di sekitar.

Nilai jual yang tinggi objek wisata ini, didukung akses transfortasi yang lancar dan mudah dijangkau serta adanya lokasi-lokasi wisata budaya dan alam yang bisa dipadukan. Seperti adanya benteng pertahanan Tuanku Imam Bonjol, sumber air panas alamiah sekitar 2 km dari museum.

Yang paling menarik minat adalah sejarah Tuanku Imam Bonjol. Setelah membaca sejarah di buku-buku dan situs online, tentu seseorang lebih tertarik lagi berkunjung langsung ke lokasi. Karena mendengar saja tidaklah memuaskan kalau tidak pernah melihat, melihat saja tidak lebih puas bila tidak menyentuh peninggalan-peninggalan bersejarah dalam perjuangan Tuanku Imam Bonjol.

Museum Tuanku Imam Bonjol satu lokasi dengan lokasi titik kulminasi atau disebut dengan equator. Ketika anda sampai di lokasi di Nagari Ganggo Mudiak Kecamatan Bonjol, di tepi jalan lintas Bukittinggi- Sumatera Utara, tertulis YOU Are Crossing The Equator; Anda Melintasi Khatulistiwa.

The Equator dilengkapi dengan tugu miniatur bola dunia, jembatan perlintasan jalan, dan goa dunia. Jembatan perlintasan ini lurus menuju gerbang museum. Sebelum sampai di museum, ada tugu pahwalan Tuanku Imam Bonjol sedang menunggangi kuda.

Taman yang memiliki nama cetar membahana itu namun sudah mati warna. Kondisi ini mengingatkan anda pada film horror yang bertemakan hantu.

Taman yang luas namun sepi pengunjung, museum yang gagah namun nuansa ghaibnya tinggi. Museum berlantai dua itu gelap, lukisan perjuangan Peto Syarif menghiasi dinding-dinding. Senjata golok panjang, tongkat pedang, keris, dan tombak terpajang di peti-peti kaca.

Tidak satupun lampu yang hidup, museum yang serba hitam itu, cat dinding cokelat kehitaman, kaca gelap kehitaman, ruangan tak pakai lampu juga gelap kehitaman, lukisan lama juga ada nuansa hitam, dan alat-alat peninggalan seperti keris, golok, meriam, ladiang panjang, dan tombak, semuanya masih warna lama yang punya corak warna hitamnya. Menyontak perasaan takut pengunjung, kalau-kalau kesurupan di lokasi.

Kondisi ini menggelitik di benak semua orang yang pernah berkunjung ke tempat ini. Pasaman yang sepi objek wisata, tetapi pengunjung objek wisata pun sepi. Apakah minat wisata masyarakat yang tidak ada, bagaimana membangkitkannya. Atau, tempat wisatanya yang tidak bernilai jual.

Wawancara khusus Harian Haluan dengan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Bujang di ruang kerjanya, mengakui masih rendahnya minat masyarakat di sector wisata.

Pihak Dinas Budparpora pun ingin mengelolah wisata tersebut secara profesional. “Kita sudah usulkan pembangunan wisata tersebut, kata Kementerian Pariwisata, segera dibangun wisata pendidikan di Bonjol pada 2015,” terangnya.

Objek wisata yang representative, perlu memikirkan kelengkapan akomodasi dan paket wisata. Misalkan paket wisata, banyak situs-situs sejarah di Pasaman. Kalau dibuat miniaturnya di lokasi yang luas di bonjol itu maka pengunjung yang tidak sempat mengunjungi yang asli, mereka sudah cukup menyaksikan tiruannya saja.

Kemudian, akomodasi berupa penginapan sederhana jika tidak bisa yang eksklusif. Kemudian untuk oleh-oleh, bisa diberdayakan kelompok UKM sebagai penyedia makanan khas pasaman dan pengrajin untuk membuat miniatur patung Tuanku Imam Bonjol berkuda.

Semua itu tidak sederhana dan semudah itu, memang. Perlu keseriusan leading sektor pariwisata untuk menggenjotnya. Koordinasi dengan sektor UKM juga sangat penting. Jika memang untuk pengembangan tidak bisa lepas dari dukungan investor, itulah tujuan utama dinas pariwisata saat kunjungan kerja ke provinsi yang telah maju wisatanya. Mempelajari konsep mereka yang lebih dahulu maju dan mengaplikasikan di daerah dia berdinas.

Apalagi sebentar lagi, start Tour de Singkarak (TdS) stage 5 titik lokasinya di taman bermain Tuanku Imam Bonjol tersebut. Maka secara perlahan dan pasti, merajut khatulistiwa bisa menjadi icon sekaligus penggairah wisata Pasaman. Semoga.  

Posting Komentar

0 Komentar