PEMKAB SOLSEL
BEKALI 100
PEMUDA SIAGA BENCANA
SOLSEL, LOGOSPERS- Sebanyak 100 orang
pemuda yang direkrut dari setiap nagari yang rawan bencana di Kabupaten
Solok
Selatan diberi pembekalan kebencanaan guna mewaspadai bencana banjir dan
longsor
yang mengancam daerah itu.
Mereka
tergabung dalam Kelompok Siaga Bencana (KSB), yang disiapkan menjadi
garda
terdepan dalam penanganan bencana untuk meminimalisir resiko bencana di
tingkat
nagari. KSB, selain didatangkan dari pemuda nagari, juga melibatkan
pusdalops
BPBD kabupaten. Ada 8 nagari yang dilibatkan, setiap nagari dibekali 10
orang
pemuda. Nagari-nagari tersebut dianggap rawan bencana banjir dan
longsor, yaitu
Padang Air Dingin, Sungai Kunyit, Ranah Pantai Cermin, Lubuk Gadang
Utara, Pauh
Duo Nan Batigo, Pasar Muara Labuh, Pasir Talang Selatan, dan Pakan
Rabaa.
Ikut
serta dalam kegiatan itu, Wakil Bupati Solok Selatan H. Abdul Rahman,
Kepala
BPBD Solsel Hamudis, Sekretaris BPBD Sumardianto, Rusdi Harmen, dan
Dalwison
serta menghadirkan nara sumber Kasi Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Sumbar
Harmis.
Data
BPBD, Kabupaten Solok Selatan memiliki topolografi berbukitan sehingga
mengancam rawannya gerakan tanah (longsor), memiliki gunung kerinci yang
aktif
sehingga rawan bencana gempa, dan memiliki banyak sungai besar, mulai
dari
batang sangir, batang bangko, batang suliti, batang pangian dan batang
liki
yang setiap saat bisa meluap sehingga terjadinya banjir. Kabupaten Solok
Selatan juga dilewati patahan semangka segmen suliti yang juga rawan
terjadinya
gerakan tanah.
Wakil
Bupati Solok Selatan H. Abdul Rahman menyebutkan, untuk siaga
kebencanaan ada
beberapa hal yang perlu dilakukan. Yaitu, meningkatkan kesadaran hidup
sehat
dengan menjaga kebersihan lingkungan dan alam, membersihkan aliran
sungai, tidak
melakukan penebangan liar, penanganan sampah secara baik, dan selalu
bersiaga
pada saat musim hujan datang.
“Kita
sering lupa dan lengah, bahkan tidak menyadari bahwa bencana itu terjadi
bukan
tanpa sebab, bisa saja diundang melalui perilaku manusia yang serakah
seperti
pembalakan hutan dan penambangan liar yang pada gilirannya mendatangkan
bencana,” ujar Wabup.
Betapa
canggihnya teknologi, kata Wabup, belum ada yang bisa memprediksi pasti
kapan
terjadinya bencana. Karena itu, manusia tidak boleh hanya menunggu dan
membiarkan tetapi mesti mempersiapkan diri. “Inilah pentingnya KSB,
karena
disadari meski sudah ada lembaga yang khusus mengurus kebencanaan tetapi
tidak
bisa mengakomodir keseluruhan bencana yang terjadi. Inilah yang perlu
dibentuk
kelompok-kelompok siaga bencana di setiap nagari,” terangnya.
0 Komentar